Skip to main content

Posts

Featured

From: Nietzsche Zarathustra

                                            Photo by  Pedro Miguel Aires  on  Unsplash “Tuhan telah mati. Tuhan tetap mati. Dan kitalah yang membunuh-Nya.” Saya membaca kalimat itu dalam  Zarathustra , edisi Bahasa Indonesia yang diterjemahkan dengan sangat indah oleh HB Jassin, seorang penulis, editor, dan kritikus sastra hebat Indonesia. Kalimatnya singkat, tapi menyisakan gema panjang. Bukan sekadar provokasi, tapi semacam lonceng yang menandai berakhirnya satu zaman—dan lahirnya sebuah kekosongan yang belum kita pahami sepenuhnya. Dalam bukunya, Nietzsche menuliskan nama  Zarathustra . Ia bukan tokoh fiksi biasa, melainkan seorang pertapa yang turun dari gunung, membawa pesan yang tak ingin didengar siapa pun. Pesannya bukan tentang keselamatan, bukan pula tentang kebenaran absolut. Justru sebaliknya: ia menyampaikan bahwa nilai-nilai lama telah usan...

Latest Posts

From: Days at the Morisaki Bookshop

From: Welcome to the Grief Club