Posts

Showing posts from July, 2025

Pramoedya Ananta Toer - Perempuan-perempuan di Sekitar Pram

Image
Membaca karya-karya Pramoedya Ananta Toer bagi saya bukan sekadar membaca sastra. Ini adalah perjumpaan yang menyakitkan dengan sejarah - dan dengan sisi kemanusiaan yang terlalu sering disisihkan dari pusat narasi. Di dalam karyanya, saya menemukan luka yang tidak dibentangkan secara dramatis, tapi disisipkan perlahan, seperti duri yang tertanam dalam, nyaris tak terlihat tapi terus terasa. Saya membaca Bumi Manusia , Anak Semua Bangsa , Jejak Langkah , Rumah Kaca, Gadis Pantai, Perburuan, Arus Balik, dan juga Panggil Aku Kartini Saja . Buku-buku itu tidak hanya membentangkan sejarah Indonesia dari sudut pandang yang berani dan apa adanya, tapi juga menelusupkan cerita-cerita yang selama ini nyaris tak mendapat tempat: cerita tentang perempuan, tentang ketertindasan yang diam, dan tentang bagaimana sistem mengatur siapa yang boleh bicara, dan siapa yang harus tetap diam. Pram tidak menulsi dari tempat yang aman. Ia menulis dari tanah buangan, dari tempat di mana suara ditindas dan ke...

Hujan Bulan Juni - Sebuah Catatan Tentang Kesetiaan yang Senyap

Image
Hujan Bulan Juni, sebuah catatan tentang kesetian yang senyap. Puisi ini tidak berteriak. Ia tidak datang membawa drama, janji yang meledak-ledak, atau rayuan yang mendayu-dayu. Ia datang perlahan, sebagaimana hujan bulan Juni yang tak seharusnya turun, tapi tetap jatuh juga - diam-diam, tanpa rencana. "Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni," tulis Sapardi. Dan dalam satu baris itu, kita diseret masuk ke dalam perasaan yang tak pernah selesai dibicarakan manusia: rindu yang tak bisa ditunjukkan, cinta yang tidak bisa diucapkan, dan ketulusan yang memilih untuk bertahan -meski tahu tak akan terlihat. Sapardi tidak bicara tentang cinta yang menyala-nyala, tapi tentang cinta yang bertahan dalam senyap. Tentang orang-orang yang tidak masuk dalam kisah romantis, tapi justru tahu persis bagaimana rasanya mencintai -tanpa syarat, tanpa keinginan untuk memiliki, bahkan tanpa harapan untuk dibalas. Ia menulis tentang hujan yang memilih jatuh ... meski tahu kalau tanah tidak b...

If Only They Could Talk – Dunia Kotor, Lucu, dan Aneh yang Diam-diam Menyentuh

Image
Photo by Silvi Aranda fr.pexels Hidup kadang tidak sedramatis yang kita bayangkan. Sering kali, ia hanya berjalan—penuh lumpur, becek, dingin, dan membuat kesal. Itulah hidup yang kita temui di  If Only They Could Talk  ( Andai Mereka Bisa Bicara ), buku pertama dari memoar James Herriot, seorang dokter hewan muda yang bekerja di pelosok pedesaan Yorkshire, Inggris, pada akhir tahun 1930-an—sebuah masa sebelum teknologi dan kemewahan modern menyentuh praktik kedokteran hewan pedesaan. Wilayah Yorkshire digambarkan Herriot sebagai tempat yang keras tapi sekaligus hangat. Perbukitan hijau dengan jalanan sempit berkelok, kandang-kandang tua yang sering kali lembap dan remang, rumah-rumah batu milik petani tua yang lebih percaya pada insting ketimbang sains. Inilah panggung tempat kisah-kisah itu berlangsung—bukan di kota besar, bukan di klinik modern, tapi di kandang sapi, di dapur petani, dan di ladang yang dibekap kabut pagi. Buku ini tidak bercerita tentang kepahlawanan. Tidak...